Jumat, 04 November 2011

Apa Kejahatan Bung Karno?

Pertanyaan itu sebenarnya meluncur dari mulut seorang Sukarno sendiri. Dalam penuturannya kepada Cindy Adams, ia membeberkan sejumlah peristiwa percobaan pembunuhan atas dirinya. Baik penggranatan di Cikini, penembakan pesawat tempur Maukar, penembakan saat sholat Idul Adha tahun 1962, pencegatan Cisalak, penembakan di Makassar… pendek kata, sebagai Presiden, Sukarno berkali-kali mengalami percobaan pembunuhan.

Atas rentetan peristiwa itulah, Bung Karno kemudian bertanya, “Apa kejahatanku? Mengapa mereka mencoba membunuh Sukarno?” Sebuah jawaban yang masuk akal pada saat itu adalah, karena Sukarno bukan seorang Muslim yang patuh. Itulah jawaban versi Islam garis keras pimpinan Kartosuwirjo, yang hendak menggulingkan Pemerintahan Pancasila dan menggantinya dengan Pemerintahan Islam. NKRI menjadi Darul Islam (Rumah Islam/Negara Islam). Hasil penelitian dan penyidikan aparat keamanan memang kemudian mengarah ke sana.
Para pelaku penggranatan dan penembakan berasal dari anasir DI/TII pimpinan Kartosuwirjo. Mereka menuduh Sukarno bukan muslim yang patuh, karenanya patut dibunuh. Ini tentu menjadi ironis, karena dalam banyak literatur, Bung Karno justru dikenal sebagai seorang muslim yang baik.
Satu contoh, mobil Chrysler yang menjadi korban penggranatan di Cikini, antara lain ia dapat justru sebagai muslim yang baik. Tahun 1955, Bung Karno menjalankan ibadah haji. Ia beribadah haji bertepatan dengan hari suci, sehingga ia menjadi seorang Haji Akbar. Haji Besar. Nah, ketika ia hendak kembali ke Tanah Air, Raja Arab Saudi mengatakan, “Presiden Sukarno, mobil Chrysler Crown Imperial ini telah tuan pakai selama berada di sini. Dan sekarang saya menyerahkannya kepada tuan sebagai hadiah.
Kata Bung Karno dalam hati, “Sudah tentu aku idak akan menentang kebiasaan ini (menolak pemberian ini). Di samping itu, aku memang sudah tertarik pada kendaraan itu semnjak aku mulai melihatnya.” Nah, mobil Chrisler ini termasuk salah satu korban penggranatan Cikini.
“Aku selalu ingat kepada sembilan anak dan seorang perempuan hamil yang jatuh tersungkur tak bernyawa di dekatku. Oleh karena itu, tahun 1963 aku membubuhkan tanda tangan menghukum mati Kartosuwirjo. Bukan untuk kepuasan, tetapi demi menegakkan keadilan…” Begitu keterangan Bung Karno menyikapi sikap brutal atas percobaan pembunuhan atas dirinya, lalu merenggut nyawa-nyawa lain untuk kesia-siaan. Para antek dan pelaku peristiwa itu juga kemudian dijatuhi hukuman mati.
Itulah yang bertubi-tubi memenuhi rongga kepala Bung Karno, demi mengingat semua rentetan percobaan pembunuhan atas dirinya. “Apa kejahatan yang aku perbuat?’ Apa kejahatan Bung Karno? Bukan muslim yang taat, begitu versi kaum militan DI/TII.
Apa kejahatan Bung Karno? “Tidak mau ngeblok ke Amerika (Barat), yang itu berarti tidak mau ngeblok sebagai negara kapitalis murni,” begitu alasan Amerika Serikat dan sekutunya yang getol sekali menghabisi Sukarno melalui berbagai bentuk operasi intelijen mereka di Indonesia. Baik melalui individu, maupun dengan cara mendukung gerakan-gerakan separatis yang ada di Indonesia.
Termasuk jika nanti fakta ini terungkap secara terbuka, bahwa G30S/PKI yang berbuntut pada penggulingan Bung Karno, yang juga konom melibatkan anasir KGB (Soviet). Betapa banyak pihak yang berusaha menjatuhkan pemimpin kita yang satu ini. Menanggapi hal itu, suatu hari seorang mantan menteri era Bung Karno, M. Achadi mengatakan, “Presiden yang berjuang untuk kepentingan bangsanya, pasti banyak musuh. Sebaliknya, presiden yang tidak punya musuh, berarti presiden yang tidak bekerja untuk bangsanya.” (roso daras)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar