Minggu, 13 November 2011

ekoNomi piRamida

Kapanlagi.com - Pengamat ekonomi Dr Rizal Ramli mengatakan, struktur ekonomi yang lebih ideal bagi Indonesia adalah berbentuk piramida dengan sedikit usaha skala besar dan lebih banyak usaha skala kecil.
"Dengan struktur ini, hanya ada sedikit usaha skala besar namun berkelas dunia sehingga keuntungan yang diperolehnya di luar negeri bisa dibawa ke dalam negeri," katanya dalam diskusi mengenai kebijakan fiskal dan moneter di Kampus Darmaga, Institut Pertanian Bogor (IPB), Selasa (12/8).
Industri besar yang berkelas dunia tersebut akan memperkuat usaha kecil dan menengah (UKM) di dalam negeri, karena ia membutuhkan spare part yang bisa dibuat oleh UKM lokal, kata mantan Menteri Perekonomian di era pemerintahan Abdurrahman Wahid tersebut.
"Dengan demikian akan terbentuk juga UKM-UKM yang kreatif," katanya.
Setelah struktur piramida tersebut terbentuk, kata dia, baru akan terjadi kebangkitan yang sesungguhnya bagi Indonesia. "Karena setelah 100 tahun Kebangkitan Nasional, hanya 10 hingga 15% saja yang menikmati kemerdekaan," katanya.

Menurut Rizal, saat ini struktur ekonomi di Indonesia lebih menyerupai model gelas anggur.
"Hampir tidak ada usaha kelas menengah yang tidak tergantung pada perusahaan besar," katanya.
Kondisi semacam ini tidak sehat dan satu saat bisa terjadi "class" antara usaha besar dengan usaha skala mikro yang jumlahnya ribuan, kata Rizal Ramli.
Sementara itu, Direktur International Center for Applied Finance and Economics (Inter Cafe), Dr Iman Sugema mengatakan, arah pergerakan ekonomi Indonesia selama 40 tahun terakhir telah melenceng dari jalur (mis-track).
Penyakit kebijakan ekonomi Indonesia adalah inconsistent (tidak konsisten), irrelevant (tidak relevan), impoten dan insane (gila), kata dia.
Ia mencontohkan, kebijakan pro-poor yang seharusnya menggarap kelompok miskin, tetapi justru pejabat pemerintah tidak konsisten dengan merujuk pada besaran-besaran makro ekonomi yang tidak relevan dengan orang miskin.
Kebijakan pemerintah juga dinilainya impoten karena tidak membuahkan hasil, dan bisa dikatakan insane karena masih menggunakan cara berpikir yang konvensional. (kpl/rif)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar